§Sinopsis
“Aku bukan penakut...”
Carly beth seorang anak perempuan bertubuh mungil yang selalu menjadi sasaran kejahilan Chuck dan Steve. Carly beth mudah sekali di takut-takuti, walaupun ia mengakui dirinya sebenarnya pemberani, tapi selalu saja ia kena tipuan-tipuan konyol Chuk dan Steve, bahkan Sabrina, teman karib Carly Beth pun tidak tahan untuk tidak mengerjai sahabatnya. Bukan saja mudah di takuti, Carly Beth juga sangat mudah tertipu oleh candaan Chuck dan Steve.
Pernah di jam makan siang, Chuck dan Steve memberikan sandwich isi daging kalkun kepada Carly Beth yang sedang kelaparan. Tanpa curiga Carly beth memakan sandwich tersebut. Ia mengunyahnya beberapa saat sampai terasa sesuatu yang lengket dan asam di mulutnya. Saat ia melihat potongan sandwich di tangannya, ia melihat seeokor ulat yang telah puntung di dalamnya. Seisi kantin saat itu tertawa terpingkal-pingkal. Tertawa melihat Carly Beth menyantap seekor ulat hidup dan tertawa karena ia begitu bodoh untuk kesekian kalinya terpedaya oleh Chuck dan Steve. Dan hari itu juga ia bertekad akan membalas dendam.
Malam Hallowen akan segera tiba, dan Carly Beth harus memastikan ia memakai kostum yang benar-benar menakutkan hingga Chuk dan Steve pun pucat pasi. Setidaknya itu rencana Carly Beth sampai ibunya membuatkan kostum bebek untuk dirinya. Menurut ibunya, anaknya itu akan terlihat menggemaskan di malam Hallowen. Tapi Carly Beth tidak mau menjadi menggemaskan. Ia ingin menjadi sesuatu yang menakutkan. Ia tidak mau menjadi “makhluk menggemaskan” pikirkanya. Ia akan mencari kostum lain yang mengerikan. Dan sore itu ia bergegas menyusuri blok sekitar rumahnya mencari toko Hallowen yang masih buka.
Carly Beth hampir saja putus asa. Semangatnya langsung naik saat ia menemukan toko yang memajang topeng “lumayan” mengerikan di etalase toko. Ia berpikir di dalam toko mungkin ada topeng yang lebih menakutkan. Si pemilik toko yang berpakaian serba hitam, terkesan misterius namun berbaik hati membuka tokonya. Carly Beth langsung aja menyerbu kedalam dan melihat-lihat isi toko, tapi ia tidak menemukan topeng yang sesuai keinginannya. Ia ingin topeng yang benar-benar kelihatan hidup.
Carly Beth melihat celah ke pintu belakang dan langsung membukanya. Ia terpana karena ada puluhan topeng yang benar-benar menakutkan di belakang sini. Si pemilik berkeras topeng itu tidak di jual, dan Carly Beth pun berkeras ia akan membeli topeng itu. Carly Beth memegang erat topeng barunya. Topeng yang terasa hangat di tangannya. Ia begitu penasaran dengan bahan topeng tersebut, karena begitu lembut. Hampir menyerupai kulit.Bukan menyerupai kulit. Tapi memang kulit ....
Selanjutnya Carly beth langsung memguji coba topeng barunya. Mangsa pertamanya adalah adik laki-laki Carly Beth, dan mangsa kedua adalah Sabrina. Kedua-duanya terkejut dan takut setangah mati terhadap topeng Carly Beth, karena bukan hanya saja menakutkan tapi suara Carly Beth saat memakainya pun berubah. Suara parau yang dalam dan kejam.Carly Beth berbahagia sepanjang malam Hallowen. Setiap pintu yang ia ketuk akan langsung terlonjak melihat dirinya mengenakan topeng itu. Tapi malam Hallowen belum lengkap tanpa balas dendam. Carly Beth menyusuri jalanan malam untuk mencari Chuck dan Steve. Saat menemukannya, Carly Beth loncat dari balik semak-semak dan meraung sekeras mungkin. Chuck dan Steve lari terbirit-birit, Carly Beth merayakan kemenangannya dengan suara tawa yang parau dan mengerikan. Suaranya berubah seiring terlalu lama ia memakai topeng itu. Tawa Carly Beth tidak bertahan lama. Karena saat ia ingin membuka topengnya, ia tidak menemukan celah antara topeng dan kulit wajahnya.
Karena topeng itu sudah menjadi wajah baru Carly Beth.
§ Judul : Topeng Hantu
§ Penulis : R. L STINE
§ Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
§ Tahun Terbit : Cetakan keempat Agustus 2015
§ Jumlah Halaman : 152 halaman
§ Kategori : Horor
§ Tema : Horor
§ Tokoh-Protagonis :
- Carly Beth Caldwell
- Sabrina Mason
- Chuck
- Steve
- Noha
- Mrs. Caldwell
§ Penokohan
Carly Beth Caldwell
-Penakut terdapat dalam halaman ke-7, paragraf ke-4, kalimat ke-1
“Kau tahu aku memang takut”
-Pemarah terdapat dalam halaman ke-7, paragraf ke-4, kalimat ke-2
“Wajahnya memerah padam”
§ Alur cerita: Maju, karena novel ini menceritakan peristiwa yang terus berlanjut dan tidak pernah menceritakan masa lalu.
§ Alur peristiwa:
Ø Pengenalan situasi/kondisi cerita
-Tokoh-tokoh:
1. Carly
Beth Caldwell
2. Sabrina
Mason
3.Chuck
4.Steve
5.Noha
6.Mrs.
Caldwell
-Hubungan
antara tokoh
1. Carly
Beth Caldwell, Sabrina Mason, Chuck dan
Steve adalah sahabat. Terdapat
dalam halaman ke-11, paragraf ke-3, kalimat ke-1
“Tapi
selama mereka berteman, ia belum berhasil mendapatkan ide yang cukup baik.”
2.
Mrs. Caldwell adalah ibu Carly Beth Caldwell. Terdapat dalam halaman ke-15, paragraf ke-3, kalimat ke-1
“Ibunya
bergegas keluar dari dapur. Carly Beth! Hai! Ada apa?”
3.
Noha adalah adik Carly Beth Caldwell. Terdapat dalam halaman ke-22, paragraf ke1, kalimat ke-1
“Noah,
aku serius!” katanya pada adik laki-lakinya yang berusia delapan tahun.
Ø Pengungkapan Peristiwa
1. Halaman ke-10, paragraf ke1 dan 2, halaman
ke-11, paragraf ke-6
Ia mendengar suara orang tertawa. Di meja
lain, ada yang berteriak, “Bagus Steve!”
Carly Beth
secepat kilat menoleh dan melihat temannya, Steve Boswell, berdiri di
belakangnya, wajahnya tersenyum jail. “Kena kau” katanya sambil melepaskan
cengkeramannya di bahu Carly Beth.
Steve mengangsurkan
bungkusan kertas almunium kumal ke depan hidung Carly Beth.”Mau sandwich? Aku
lapar sekali!”
“Ini sandwich isi
daging kalkun. Nih,”kata Steve, diserahkannya pada Carly Beth. “Terlalu kering.
Ibuku lupa mengoleskan mayonise. Kau mau?”
“Yeah, tentu. Terima
kasih!” teriak Carly Beth. Diambilnya sandwich itu dari tangan Steve dan
dibukanya bungkusan aluminiumnya.
Lalu digigitnya dengan
lahap.
Ketika mulai mengunyah,
dilihatnya Sreve dan Chuck menatapnya sambil tersenyum lebar.
Ada yang terasa aneh.
Agak lengket dan asam.
Carly Beth berhenti
mengunyah.
Steve dan Chuck tertawa
sekarang. Sabrina kelihatan bingung.
Carly Beth mengeram jijik
dan diludahkannya sandwich yang sudah dikunyahnya tadi ke serbet. Lalu
dibukanya roti sandwich itu-dan melihat ada ulat cokelat besar tergeletak di
atas daging kalkun.
“Ohh!” Sambil mengerang
ditutupinya wajahnya dengan kedua tangannya.
Pecah tawa di ruangan itu.
Tawa kejam.
“Aku makan ulat. Aku bisa
sakit perut!” erang Carly Beth. Ia melompat berdiri dan menatap Steve marah.
“Tega sekali kau,” katanya. “Ini tidak lucu.
“Itu bukan betul-betul ulat, kok,” kata Chuck. Steve masih tertawa
sehingga tidak bisa bicara.
“Hah?” Carly Beth memandangi
ulat itu dan perutnya terasa mual.
“Bukan betul-betul ulat.
Dari karet. Ambil saja,” desak Chuck.
Carly Beth ragu-ragu.
Anak-anak di seluruh
ruangan yang besar itu berbisik-bisik dan menundingnya. Dan tertawa-tawa.
“Ayo. Bukan ulat sungguhan
kok. Ambilah,” kata Chuck sambil meringis.
Carly Beth mengulurkan
tangan dan dengan segan diambilnya ulat itu dari sandwich dengan dua jari. Ulat
itu terasa hangat dan lengket.
“Kena lagi!” kata Chuck sambil
tertawa.
Astaga! Ulat betulan!
Sambil berteriak ketakutan
Carly Beth melemparkan ulat itu pada Chuck, yang tertawa terbahak-bahak. Lalu
ia melompat pergi, menjatuhkan kursi. Ketika kursi itu jatuh ke lantai dengan
suara ribut, Carly Beth menutup mulutnya dan lari sambil muntah dari ruang
makan.
Ø
Menuju konflik: konflik ide
-Halaman ke-28, paragraf ke-6, kalimat pertama
“Aku akan membalas Seve dan Chuck, tekadnya. Aku akan menakut-nakuti
mereka, benar-benar membuat mereka ketakutan!
-Halaman ke-30, paragraf ke-8, kalimat ke-1
“Carly Beth merencanakan akan pergi ke toko peralatan pesta baru itu
sepulang dari sekolah dan mengambil topeng paling jelek, paling menjijikan,
paling menakutkan yang mereka miliki.”
Ø
Puncak konflik
-Halaman ke-62, paragraf ke-8,
“Rencananya ia akan bertemu Steve dan Chuck di depan rumah Sabrina.
Carly Beth sudah tidak sabar.
-Halaman ke-63, paragraf
ke-1,2,3,4,5,6,dan 7.
Aku suka sekali Halloween!
Pikir Carly Beth senang. Ia menyebrang jalan ke blok Sabrina.
Pada malam Halloween yang
dulu-dulu, ia selalu ketakutan. Teman-temannya selalu menggangunya. Tahun lalu,
Steve memasukkan tikus karet yang kelihatan hidup ke dalam kantong hadiahnya.
Ketika Carly Beth merogoh ke
dalam kantong tiu, ia merasa ada sesuatu yang lembut dan berbulu.
Dikeluarkannya tikus itu dan menjerit sekuat tenaga. Saking takutnya, permennya
jadi tumpah semua ke jalan.
Menurut Chuck dan Steve lucu
sekali. Sabrina juga menganggap begitu. Mereka selalu merusak Halloweennya.
Menurut mereka asyik sekali menakut-nakuti Carly Beth dan membuatnya menjerit.
Tahun ini bukan aku yang
akan menjerit, pikirnya. Tahun ini, aku yang akan membuat semua orang menjerit.
-Halaman ke-88, paragraf ke-3, kalimat 1 dan 2.
“Steve merintih ketakutan”
“Chuck menatap Carly Beth, matanya yang ketakutan terpaku pada mata
Carly Beth.”
Ø
Penyelesaian/ending
-Halaman ke-91, paragraf ke-2, kalimat ke-1
“Tanpa berkata-kata lagi, kedua anak itu menjatuhkan tasnya dan kabur,
sepatu mereka berdebuk-debuk di trotoar.
§ § Latar
-Latar
tempat, , Halaman ke-5, paragraf ke-2 kalimat ke-2
“Lampu di langit-langit ruang makan siang membuat rambut cokelat lurusnya berkilau”
-Halaman ke-14, paragraf ke-1, kalimat ke-1
“Setelah sekolah usai”
-Halaman ke-15, paragraf ke-3, kalimat ke-1
“Ibunya bergegas keluar dari dapur”
· -Latar suasana, Halaman ke-6, paragraph ke-1, kalimat ke 1
“Kata Carly Beth, matanya yang hitam berkilat-kilat marah”
- Halaman ke-6, paragraph ke-2, kalimat ke-1
“Sabrina tertawa”
-Halaman ke-8, paragraf ke-5, kalimat ke-6
“Ruang makan rebut dengan suara-sorak sorai dan tepuk tangan.”
· -Latar waktu, Halaman ke-6, paragraf ke-5
“Carly Beth, minggu lalu bagaimana?”
§ Amanat/pesan
Pesan dari novel ini adalah jangan kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Ketika ada teman kita yang melakukan sesuatu yang membuat kita marah/benci marilah kita menegur bukan membalas kembali apa yang sudah ia lakukan.
§ Sudut pandang
· Orang pertama
-Halaman ke-5, paragraf ke-4, kalimat ke-4
“ "Ingatkan aku untuk membawa makan siang sendiri”
· -Orang kedua
-Halaman ke-5, kalimat, paragraf ke-4, kalimat
ke-1
“Kukira kau takut tukang sihir”
-Halaman ke-16,
paragraf ke-2, kalimat ke-1
“Marilah.
Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu”
-Halaman ke-36, paragraf ke-2, kalimat ke-1
“Anda masih buka?”
-Halaman ke-36, paragraf ke-3, kalimat ke-3
“Kami biasanya tutup pukul lima.”
· -Orang ketiga
-Halaman ke-15, paragraf ke-5, kalimat ke-1
“Carly
Beth tahu ia tidak mirip dengan ibunya”
-Orang
ketiga jamak terdapat dalam halaman ke-11, paragraf ke-1, kalimat ke-1
“Dan mereka berdua suka sekali menakut-nakuti Carly Beth.”
§ Gaya Bahasa
· Hiperbola:
-Halaman ke-87, paragraf ke-6, kalimat ke-2
“Suaranya seperti melayang-layang di udara.”
· Personifikasi :
-Halaman ke-121, paragraf ke-6, kalimat ke-2
“Melihat kepala-kepala mengerikan terbang mengejarnya”
§ § Biografi Robert Lawrence Stine
R. R.L. Stine, lengkapnya Robert Lawrence Stine, (lahir 8 Oktober 1943, Columbus, Ohio, AS), novelis Amerika yang terkenal karena buku-buku horornya untuk anak-anak, termasuk seri Goosebumps dan Fear Street.
Stine lulus dari Ohio State
University pada tahun 1965, setelah tiga tahun menjabat sebagai editor majalah
humor kampus, Sundial. Setelah mengajar sekolah menengah pertama selama satu
tahun, dia pergi ke New York City, di mana dia akhirnya mendapatkan pekerjaan
editorial dengan Scholastic Books. Dia bekerja di sana selama 16 tahun di
berbagai majalah anak-anak, terutama Bananas, majalah humor untuk kelompok usia
yang lebih tua. Yang pertama lebih
dari 40 buku humor untuk anak-anak Stine, The Absurdly Silly Encyclopedia &
Fly Swatter (1978), diterbitkan dengan nama samaran Jovial Bob St.
N Novel menakutkan pertamanya, Blind Date, dirilis pada 1986 dan meluncurkan karir Stine sebagai penulis horor. Seri cerita Fear Streetnya untuk remaja muda dimulai dengan The New Girl (1989), dan seri Goosebumps untuk usia 8 hingga 11 tahun diluncurkan dengan Welcome to Dead House (1992); seri terakhir mengilhami program televisi Goosebumps (1995–98). Ketidakpastian, plot twist, dan akhir yang menggantung dari tulisan horornya mengandalkan kejutan, menghindari topik kehidupan perkotaan modern yang mengancam secara serius, dan menyampaikan kepada anak-anak apa yang disebut Stine sebagai "ketakutan yang aman." Kedua seri itu langsung sukses.
Stine meluncurkan berbagai seri spin-off, termasuk Give Yourself Goosebumps (1995), garis petualangan-pilih-sendiri-menakutkan, dan The Nightmare Room (2000), yang diadaptasi untuk televisi dan ditayangkan pada 2001–2002. Ia juga menulis sejumlah serial terkait Fear Street, termasuk Fear Street Super Chillers (1991), Fear Street Seniors (1998), dan Return to Fear Street (2018). Pada tahun 2008 Stine menghidupkan kembali boneka berhantu, karakter Goosebumps klasik, dalam buku pertama seri Goosebumps Horrorland, berjudul Revenge of the Living Dummy. Empat tahun kemudian seri Goosebumps Most Wanted memulai debutnya.
Seri terkenal Stine lainnya termasuk
Point Horror (1986) dan Rotten School (2005). Dia juga menulis banyak cerita
pendek, beberapa di antaranya menginspirasi serial TV The Haunting Hour
(2010-14). Karya lainnya termasuk When Good Ghouls Go Bad (2001; film TV 2001)
dan Monsterville: Cabinet of Souls (2016; film 2015). Pada dekade kedua abad
ke-21, Stine telah menjual lebih dari 400 juta eksemplar buku anak-anaknya.
Selain itu, ia menulis beberapa novel untuk orang dewasa, termasuk
Superstitious (1995), Eye Candy (2004; serial televisi 2015), dan Red Rain
(2012). Stine
diperankan oleh aktor Jack Black dalam film Goosebumps (2015) dan Goosebumps 2
(2018), di mana karakter menakutkan penulis menjadi hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar